Senin, 11 April 2011

Sesungguhnya orang-orang mulia yang pernah hadir dalam peradaban dunia selalu bergumul dengan fitnah. Mereka merasai pahit dan sakitnya fitnah itu. Bukan hanya maruah namun badan terpaksa harus terpenjara bahkan kepala pun terpenggal karena fitnah. Namun, sekali lagi... bahwa mereka adalah orang mulia, merekalah para Nabi dan wali-wali Allah...

Bagi yang mempelajari shirah, pasti akan faham bahwa yang dialami istri Rasulullah Muhammad dalam haditsu ifki adalah fitnah, kemudian Allahlah yang menyelesaikannya dengan turunnya ayat. Demikian pula Nabi Yusuf as, ia dituduh berbuat sesuatu pada Zulaikha, padahal Zulaikha lah yang menarik Yusuf as, dibuktikan dengan baju Yusuf as koyak di belakang. Namun, Yusuf terlanjur merasakan dinginnya penjara akibat fitnah tersebut. Sedangkan Nabi Yahya yang disebut-sebut sebagai pencemar nama baik raja Herodus, karena fatwanya melarang pernikahan raja dengan anak saudaranya Herodia. Dari sinilah kita dapat menyadari bahwa siapalah diri kita hingga tidak mau terkena fitnah? Sesungguhnya berbahagialah orang-orang yang difitnah. Bukankah hal itu berarti kita merasakan sebagian adegan hidup para Nabi?

Sejarahnya, seorang pekerja sex tidak akan merasai fitnah karena dirinya adalah fitnah itu sendiri.Namun, noda akan mudah terlihat pada kain yang putih, fitnah pun akan mudah terlihat pada seorang yang bersih.
Bidadari surga juga tidak akan terkena fitnah, namun calon bidadari surga harus melewati fitnah demi fitnah. Indikasinya dapat dilihat ketika kita berbuat kebaikan, maka nantikanlah fitnah yang akan menyertainya. Nabi Yahya as tidak akan dipenggal kalau ia diam, justru manuvernya bekerja untuk membela syariat Allah yang membuat orang-orang ingkar berusaha membungkamnya.

Siapkah kita menghadapi kebencian hati orang-orang yang benci pada ad-diin ini? Sungguh mereka akan menghalalkan apa pun untuk menghentikan kerja-kerja kebaikan.

Tidak ada komentar: