Senin, 25 Juli 2011

Ana akan menerima apa pun konsekuensi dari jama'ah


"Ana akan menerima apa pun konsekuensi dari jama'ah..."
Inilah kalimat paling egois dan paling tidak peduli terhadap sesama... Inilah kalimat yang telah menghancurkan kepercayaan dan rasa cintaku, mungkin engkau belum faham bahwa ikatan kita hanya karena BAI'AT, aku ulangi sekali lagi. hanya karena B-A-I-'A-T, tidak ada yang lain. Yang lain itu...tidak lebih dari sekadar sesama muslim. Bukankah itu sangat menyedihkan? walau aku bukanlah apa pun bagimu, namun apakah semua yang pernah kita rasakan selama ini hanya main-main saja? Yang engkau nasihatiku itu sebenarnya apa? Yang engkau berkeluh kesah karena pengkhianatan a'dha'mu itu sebenarnya apa? Yang engkau mengadukan dan sibuk mencari solusi tentang masalah  mereka itu apa? Bukankah engkau sama saja seperti mereka? Bedanya hanya... engkau itu sudah berbai'ah. Berlebihankah kalau aku menyebutmu egois?
Menurutku, engkau sangat tempramen dalam kelembutan wajahmu, kau sangat kuat dalam kelemahan fisikmu, kau sangat tinggi hati dalam ketundukan kepalamu, kau sangat lantang dalam kerendahan suaramu...
Kau bilang...Engkau bersedia menerima konsekuensi apa pun??? Termasuk lepasnya ikatan janji untuk berjuang dalam irama yang sama? Termasuk rasa heranku padamu? (kau tidak peduli khan?)  Termasuk terkoyaknya rasa percaya saudara-saudaramu? Termasuk hilangnya kesempatan membina manusia-manusia pilihan? Termasuk retaknya keikhlasan berukhuwwah? (Kau fikir,  semuanya bisa kembali seperti dulu?) Dan yang terpenting termasuk pulalah janjimu pada jama'ah, padahal kau telah bersumpah ("Bahwa engkau akan tha'at pada kebijakan jama'ah walau pun bertentangan dengan pendapat pribadi"). Aku ingatkan...bahwa janji itu disumpah atas nama Allah Yang Maha Besar.

Benarkah engkau menerima semua konsekuensi ini??? Sesungguhnya engkau telah menghempaskan semuanya begitu saja... 

Aku membencimu karena Allah...
Karena aku mencintaimu karenaNya pula... Sungguh... aku ingin berkumpul denganmu di surgaNya...
Rafiqa, Bumi Allah, 26 Juli 2011

Selasa, 12 Juli 2011

KITA MULAI DARI SINI

Semua permulaan, adalah Allah yang lebih tahu dan mengaturnya. Hari-hari ke depan akan terasa sangat berat, namun hati yang selalu terhubung dengan Yang Maha Besar dan jiwa yang bertawakkal pada Yang Maha Kuat akan selalu bersikap mutafail (optimis). Tidak ada alasan berhenti atau istirahat karena harusnya kita sadar bahwa jiwa ini ada pemiliknya. Amanah kita adalah berbuat dengan bingkai agamaNya selama daging dan darah masih hidup.

Tiba-tiba jadilah hati ini tidak suka memilih, namun lebih suka menjalaninya saja selagi ia baik untuk dakwah. Seakan-akan kurang analisa, terkadang karena tidak sempat menganalisa dan lebih sering karena tidak ingin terlalu jauh dalam urusan dunia. Karena........ memang sudah kuserahkan pada Yang Maha Bijaksana.

Aku tahu, semua yang bernama manusia pasti harus memegang amanah. Namun amanah untuk mengarahkan manusia-manusia lain adalah yang paling sulit. Sebuah wajihah bernama KAMMI dituntut berbuat besar dalam pergerakan dakwah di Kota Siantar dan Kabupaten Simalungun. Bulan Mei lalu, akulah yang ditunjuk untuk menanggungjawabinya. Harus aku iyakan... walau amanah lain tetap sebagai tanggungjawabku juga.

Menjadi sekretaris DPC, bukanlah hal yang remeh, belum lagi di tempat kerja aku ditunjuk sebagai sekretaris utk menyusun berkas akreditasi yang buku induknya saja setebal 25cm, ditambah lagi lampiran-lampiran dari buku itu yang banyaknya bisa 1 lemari. Soal ma'isyah..juga tidak mungkin kuabaikan, perniagaan buku dan baju2 serta jilbab2 ku yang sudah mulai berkembang pesat pun harus diperhatikan dengan seksama. Sesaat kemudian aku dipanggil utk segera melengkapi berkas S2 ku yang sempat terlupakan. Dan mengajar mahasiswa yang tetap kritis, pasti menuntut kalau dosennya tidak serius mengajar...
Sangat melelahkan... sungguh...

Akhirnya...disatu waktu yang teratur, yaitu waktu sholatku. Sejenak ku berangan2 kecil.. berada di padang rumput hijau yg luas di depannya terbentang telaga jernih, kuberteduh di sebuah istana yang nyaman.. ditemani hewan-hewan jinak yang kecil dan bunga2 indah di sudut pandangan.

Surga... versi ku sendiri dan ku yakin aslinya pasti indah tak terbayangkan.... benar-benar tempat yang kurindukan, sampai2 mengkhayal tentangnya pun sudah membuatku segar kembali... Karena kuteringat nasihat Imam Ahmad: Bahwa seorang mukmin itu beristirahat "ketika ia menginjakkan kakinya di surga".
Allahu A'lam.