Senin, 17 Oktober 2011

JANJI KITA

Memang terkadang tertarik hati untuk mengikuti nafsu, namun harus kita sadari bahwa janji dan mu'ahadah telah jauh kita bawa mengiringi perjalanan hidup ini. Haruskah kita membiarkannya terkoyak begitu saja tanpa ada pengganti yang lebih baik? Jika hanya untuk seorang pendamping hidup, harta, kedudukan, anak-anak zuriyat, apakah ada da'i yang mengira ini semua pengganti yang baik? Coba telaah kembai ayat-ayat Allah, Jika Allah memberi kita petunjuk niscaya hati kita tidak akan terbuai dari hal-hal yang demikian itu.

Taqdir dari Allah Yang Maha Bijaksana sudah tertulis di Lauhul Mahfudz, lantas apalagi yang akan kita perbuat soal taqdir ini? Berdo'alah sebanyak-banyaknya, namun percayalah bahwa Allah itu tidak pernah salah. Sepengetahuan penulis... Jika hanya untuk menta'ati syari'at agama maka seluruh ummat ini wajib melakukannya, namun bagi seorang yang telah bermu'ahadah tidak hanya ta'at terhadap syari'at namun ia juga harus ta'at pada manhaj dakwah yang dibuat oleh jama'ah tempat ia bernaung.

Mungkin anda berfikir, cuma jama'ah kecil tanpa khilafah pula, mu'ahadah sembarang saja, dari pada tidak. Kesalahan besar inilah yang menjadikan seorang a'dha' jama'ah tersesat diantara saudara-saudaranya. Tidakkah ia megingat bagaimana sumpah itu diambil atas nama Allah yang Maha Menyaksikan? Jika ia berbai'at karena Allah harusnya ia tidak menganggap kerdil semua hal yang disumpah atas nama Allah. Jika ia memiliki iman yang benar harusnya ia membayar semacam had atas pelanggaran bai'atnya dan kembali pada manhaj jama'ahnya. Atau akalnya belum sampai ke sana.

Keimanan bukan hanya pada ucapan belaka, namun ia benar-benar menuntut pengorbanan dari diri orang yang beriman itu.

Rafiqa, Pematangsiantar 17/10/2011